Sabtu, 20 Maret 2010

Melihat Kembali Potret Kedamaian Itu...


Dalam perjalanan hidup masa kecilku yang lebih banyak kuhabiskan di sebuah desa di kaki gunung menjadikan aku menjadi pribadi yang senantiasa mencintai alam. Potret kedamaian adalah sebuah istilah baru aku rekam di memori ketika aku menjadi mahasiswa di Semarang. Dalam potret kedamaian tergambar tentang sebuah suasana pedesaan yang kehidupannya jauh dari nuansa keangkuhan dan kapitalis. Dimana masyarakatnya sebagaian memandang hidup dengan cara yang sederhana dan tidak neko-neko.
Potret kedamaian bagi orang-orang yang mau berfikir adalah sebuah gambaran yang menyejukkan kalbu. Ibaratnya bagiku adalah sebuah karunia dari Allah SWT yang wajib kita jaga selama hayat masih di kandung badan.
Perhatikan syair Berikut:
Kaki kecil melangkah menapak bumi yang indah
Seakan tiada beban hidup di dunia
Wajah Polos yang cerah menatap ramah sesama
Angin lembut menerpa Selembut Hatinya….
Atau petikan syair berikut ini..
Dengarlah nyanyian burung berkicau riang disana
Ciumlah Aroma bunga yang mekar harum berkembang
Tidakkah hatimu senang terasa syukur di kalbu
Kita jaga karunia ini lestari selalu
Atau sayir yang ini…
Dengaralah kicau burung-burung bernyanyi
Menyambut mentari pagi
Indah dan berseri
Sebagai tanda Puji pada yang kuasa
Atas nikmat alam raya
Untuk kita semua…..

Semua penggalan lirik lagu di atas menggambarkan tentang sebuah potret kedamaian dan keindahan alam ciptaan Tuhan yang begitu indah. Wajibku bersyukur karena tidak semua orang mampu melihat sebuah karunia dan berfikir akan kebesaran Tuhan yang maha kuasa.

Lima Perkara

“Dengarlah hai kawan, Nabi telah berpesan ada lima perkara yang harus kau jadikan pegangan. Jagalah dirimu dari lima perkara, sebagai bekalmu sebelum kau celaka.”
“Pertama jaga mudamu sebelum datang tuamu, kedua jaga sehatmu sebelum datang sempitmu, ketiga jaga kayamu sebelum datang miskinmu, keempat jaga sempatmu sebelum datang sempitmu, kelima jaga hidupmu sebelum datang matimu. Selagi kau masih sehat dan kuat jangan berputus asa, menjalankan perintahnya mengharapkan Ridhonya….”
Itulah sepenggal lirik lagu kasidah yang masih sempat teringat di memoriku hingga kini. Lagu kasidah yang aku dengarkan dari kaset ketika aku masih SD sangat memorizing sekali di telingaku. Begitu dalam maknanya dan sangat easy listening. Aku adalah orang yang sangat mengagumi lirik dalam sebuah lagu. Jagalah lima perkara sebelum datang lima perkara sangat menyentuh kalbu bagi orang-orang yang mau berpikir dan memahami bahwa hidup memanglah singkat. Hidup itu sebuah perjalanan ibarat di halte bis. Ada yang datang dan ada yang pergi. Ada yang sama dan ada yang tidak sejalan. Begitulah hidup, hidup memang bukalah sebuah perjalanan yang tiada akhir di dunia yang hanya sementara ini. Semua berpacu dengan waktu. Setiap kita memang diberi modal yang sama setiap harinya. 24 jam or 1440 menit or 86400 detik.
Sebagian dari kita pandai mengelola 24 jam yang ada dengan hal-hal positif yang menjadikan ia seseorang yang luar biasa, seseorang yang signifikan dan berarti bagi diri dan orang lain. Sebagian orang tidak pandai atau bahkan tidak mampu memanfaatkan modal yang diberikan Tuhan kepadanya untuk menjadi pribadi yang berguna.
Jagalah setiap waktu yang kita punya, masih ada waktu yang tersisa. Kita tidak akan pernah tahu apa yang akan terjadi pada kita esok hari. Belajarlah selagi ada waktu, belajar di life university menjadi mahasiswa yang abadi. Belajarlah pada si anak kecil ketika ingin belajar tentang kedamaian, belajarlah pada perempuan- perempuan perkasa tentang arti perjuangan dan belajarlah pada pekerja jalanan akan arti sebuh pengorbanan. Sungguh semuanya berarti apabila kita bisa bersahabat dengan kenyataan dan kita mau melihat segalanya lebih dekat…..