Selasa, 12 Januari 2010
Sang Juara
Terlalu sering kita memohon pada Tuhan agar kita menjadi yang terbaik dalam setiap perlombaan, menjadi yang terhebat dan terdepan dalam hidup. Terlalu sering kita meminta pada Tuhan agar menjadi the winner agar bisa melagukan we are the championnya Queen. Terlalu sering kita meminta agar Tuhan menyingkirkan setiap halangan dan rintangan yang ada dalam hidup kita. Sering kita tidak menyadari bahwa kita adalah sebenarnya kuat dan mampu untuk melalui segala cobaan dan rintangan. Kadang kita sudah merasa terlalu cengeng dan mudah sekali hopeless. Yang kita butuhkan adalah Tuntunan dan Bimbingannya agar kita bisa melalui setiap episode kehidupan kita dengan sukses.
Sahabat, pernahkah kita berdoa agar kita bisa melalui setiap kompetisi dan perlombaan yang kita jalani dengan memanjatkan doa supaya kita bisa menerima setiap kekalahan kita dengan hati yang seterang bintang-bintang, dengan hati lapang dan penuh sportivitas? Saya berani bertaruh, bahwa keabnyakan dari kita ketika memanjatkan doa meminta untuk menjadi the best, menjadi seperti kecap yang selalu nomor satu, karena gak ada kecap yang nomor dua.
Ini ada sebuah kisah yang saya adopsi dari Motivation BooK :
Mark, seorang anak kecil hendak mengikuti balap mobil mainan, setelah melalui proses seleksi yang panjang akhirnya Mark dan keempat teman lainnya berhasil masuk dalam final. Sejenak sebelum lomba dimulai Mark meminta untuk berdoa, sambil memejamkan mata ia berdoa berkomat-kamit , satu menit kemudian ia berkata bahwa ia siap. Kemudian perlombaanpun dimulai, semua mobil meluncur dengan kuat, dan akhirnya tali lintasan finish telah terlambai….dan Marklah pemenangnya. Semua bersorak gembira, begitu pula mark dalam hati ia berkata “Terima Kasih Tuhan.”
Pada saat pembagian piala, Mark maju ke depan untuk menerima piala. Sebelum piala diserahkan panitia bertanya pada Mark, “Hai jagoan, pasti kamu tadi berdoa kepada Tuhan agar agar kamu menang bukan?”. Mark terdiam, kemudian menjawab,”Bukan, bukan itu yang kupanjatkan.” Kemudian ia melanjutkan,” Sepertinya tak adil meminta pada Tuhan untuk menolongmu mengalahkan orang lain, aku hanya memohon pada Tuhan agar aku tak menangis ketika aku kalah.” Semua terdiam mendengar itu, beberapa saat kemudian terdengar gemuruh tepuk tangan yang memenuhi ruangan.
Anak-anak tampaknya lebih mempunyai kebijaksanaan dibandingkan kita semua, Mark tidak memohon pada Tuhan agar mengabulkan setiap kemauannya. Mark hanya memohon agar ia memiliki kebesaran hati ketika menghadapi kekalahan dan bisa menerima kekalahan dengan hati yang lapang. Ia berdoa agar diberi kemuliaan dan mau menyadari kekurangan dengan rasa bangga. Semoga kita bisa mencontoh Mark dan bisa menjadi sportif serta memiliki kebesaran jiwa.
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar