Senin, 15 November 2010

Mengukur Tingkat Stres


Setiap orang mempunyai mekanisme pertahanan terhadap stress. Koping yang dibentuk dalam menghadapi stress setiap orang adalah berbeda. Orang memandang stressor berdasarkan sudut pandang, pengalaman dan latar belakang kehidupan yang berbeda-beda. Orang yang sering mendapatkan stressor bisa jadi lebih kuat dan bisa jadi sebaliknya. Tinggal bagaimana seseorang tersebut menyikapinya. Mau jadi teman dan bersahabat dengan stressor, why not. Atau lebih memilih lari dari masalah dan semuanya akan kelihatan baik-baik saja, ya monggo. Kembali lagi bahwa semua pilihan itu ada konsekuensinya.
Kemarin aku iseng-iseng datang ke sebuah pameran di Monas, temanya adalah hari kesehatan Nasional. Di situ dipenuhi stan-stan dari institusi-institusi kesehatan dari berbagai macam kota, Perusahaan farmasi, Perusahaan makanan, perusahaan sosial dll. Intinya adalah mendukung kampanye untuk hidup sehat bagi warga masyarakat Indonesia. Di sebuah Stan yang membuka layanan kesehatan jiwa, menawarkan tentang pengukuran tingkat stress dengan mengunakan alat untuk merekam gelombang otak. Iseng-iseng berhadiah pikirku kala itu. Cuma bayar 20 ribu doang, gak ada salahnya.
Dengan dipasang alat mirip saturasi oksigen di kuku jempol tangan, kemudian serasa berkedut-kedut di jempol. sambil menunggu alat membaca target, oleh pemeriksa disarankan diam sejenak, supaya valid. 10 Menit perekaman usai. Hasilnya muncul dari alat persis kertas ECG. Si Pemeriksa menanyakan, “Mas ini orangnya nyantai ya, Kayak nggak pernah stress?” kata si pemeriksa. “He..he..he..belum tahu dia,” sahutku dalam hati dan aku cuma tersenyum. Menunggu sebentar kemudian konsultasi dengan ekspertnya. Oleh Bapak konsultannya dijelaskan tentang hasil pemeriksaan tersebut. Beliau mengatakan bahwa aku orangnya tidak sedang dalam kondisi stress, tidak ada beban, lebih memakai fisik daripada otaknya, nah lo ketahuan kalau tidak ada isinya alias gomik, alias goblok, alias bodo longa-longo kaya kebo, alias lola (loadingnya lama). Persis kayak kuli panggul beras, cuma pakai otot nggak pakai otak. Bisa dibilang okolnya doang (orang jawa bilang). Sedih..hiks..hiks….he..he..he…
Apakah hasil tersebut membuat aku stress, jelas tidak lah. Lucu malahan, aku jadi tahu bahwa olahraga yang sering kulakukan bisa membuat stress menurun lho, karena hormone tubuh merealese hormone-hormon yang mengurangi stres, so stressor ibarat angin lalu. Ceile..nggaya. Kata Konsultannya aku disuruh banyak membaca, sehingga tidak nampak kayak kuli panggul beras. Duh Pak, kalau baca ya hampir tiap hari, walaupan novel tetap jadi favoritku. Tuh, ketahuan lagi kalau bacaannya kurang berbobot, sehingga lebih nampak kulinya daripada intelektualnya. Memang, olahraga kayak sudah jadi hobi, walaupun badanku segede gambreng tapi kalau disuruh olehraga paling rajin, apalagi disuruh RPM, combat, or sekedar jalan-jalan keliling kampung dengan tiada tujuan kayak orang hilang, yang penting kalori terbakar.
Selain kurang memakai pikiran (lebih banyak angkat-angkat dan berlarian ngejar busway sich), aku juga disebut terlalu sensitive dan empaty,. Dua-duanya benar sih, aku merasa orang yang paling tidak enakan di seluruh dunia, yang penuh derita bermandikan air mata, hush ngaco! Itukan lagunya Hamdan ATT, termiskin di dunia. Dangdut mania…
Sensitif memang, empaty juga iya, nggak tegaan orangnya. Apalagi kalau ada orang marketing yang deketin aku, pasti barangnya laku kebeli, soale aku nggak tegaan liat orang jualan yang menghiba-hiba, nasib dech terlalu kebawa perasaaan.
Masalah pergaulan kata konsultannya masih bagus, dan gampang bergaul. Bisa iya bisa tidak sich, soalnya aku orang yang klik klikkan (maaf istilah baru), tidak mudah dekat dengan orang asing. Kalau sudah klik, jangan ditanya, lebih dari sodara. Kemana-mana barengan terus, sering digosipkan pasangan sejenis deh, konsekuensinya…
Yang terpenting memang jalanilah hidup dengan optimis saja, memang yang terbaik adalah seimbang antara jiwa dan raga, tidak jomplang ke satu sisi. Memang ada kalanya kita perlu parameter yang sederhana seperti itu, agar kita memiliki kaca benggala yang senantiasa menunjukkan arang di muka kita. Memberi kesempatan kepada kita untuk introspeksi, kalau bagus ya syukur kalau jelek ya syukur juga. Fairlah, tidak usah dibuat beban. O, ya Pren, hidup teratur itu lebih enak ternyata. Dengan hidup bersih dan disiplin membuat jiwa terasa tenang dan memiliki harapan yang lebih tinggi daripada sekedar membiarkan hidup tanpa tujuan. Satu lagi, ternyata minum teh hangat bisa menenangkan, emang bener sich. Hampir tiap pagi aku minum teh hangat dan semuanya terasa relaks. Coba deh, bangun pagi, shalat, lari, sarapan, mandi dan minum teh hangat tiap pagi. Terbukti lho. Dan ingat jangan suka ngebluk, karena itu nggak sehat, hari ini masih ngebluk, apa kata dunia???????

NB : Ngebluk : Tidur berlarut-larut sampai siang, lupa shalat, lupa sarapan dan lupa mandi…

2 komentar:

Sang Bedjo mengatakan...

aku kesindir neh........nyengir sj dech....:-))

farleayant mengatakan...

TheTaiTi Titanium | Tioga, NY | T-Max Construction Co
TheTioga Titanium is a unique titanium engagement rings ceramic art titanium ranger made in babylisspro nano titanium spring curling iron titanium with titanium nipple barbells a smooth stainless steel frame and a smooth, straight cut blade. It is does titanium set off metal detectors a