Kamis, 30 September 2010

Aneka Makanan Tradisional


2 Hari yang lalu sempet aku ledek-ledekan via SMS dengan temanku mengenai jajanan tradisonal. Mengingat banyak orang jaman sekarang yang gengsinya tinggi ketika harus menyantap jajanan pasar, apalagi anak muda sekarang, sehingga jajanan pasar jadi turun pamor. Sebenarnya, jajanan pasar atau makanan tradisional tidak semuanya tidak enak rasanya. Banyak makanan tradisional yang terasa lezat di lidah mengalahi Bred Talk sekalipun. Karena gengsi-gengsian, maka makanan tradisonal tadi sering jadi bahan ledek-ledekan antara sobat karib yang sama-sama dari ndeso (biasanya karena sudah pada ngerti wujud makanannya). Dan sebenarnya, aku adalah salah satu makhluk yang sangat menyukai jajanan pasar, jajanan mantenan di kampung or jajanan ndeso dan sekelasnya. Karena sejak kecil sudah terbiasa dengan makanan yang sederhana dan sekarang mulai langka tersebut, membuat aku kadang rindu balik kampung hanya untuk menyantap yang namanya getuk warna coklat (nggak tahu namanya, yang ku tahu cuma getuk lindri doang yang berwarna-warni itu, kalau yang coklat nggak tahu namanya). Makanan tradisional kerap sekali nongol di mantenan di kampung. Lebih-lebih kalau hidangannya pakai sistem piring terbang. Biasanya dulu pas aku diajak Ibu jagong manten aku paling males menyentuhnya. Apalagi pas masih kecil, melihat jadah kayak nggak ada nafsu babar blas. Beranjak dewasa, baru aku bisa merasakan nikmatnya jadah. Apalagi pas anget, dibakar makan sama tempe dan karak. Mak Nyuss…
Buat temen-temen yang lahir dan besar di kote Jakarte, mungkin nggak biasa makan jajanan pasar. Biasa jalan di Mall dan disitu jarang dijual makanan kampung. So, aku punya list makanan tradisonal yang pernah mampir di mulutku dan masih terasa sampai sekarang enaknya, are you ready, here we go……jrengg…jrenngg…..duoorrr…….

Onde-Onde, Yang terkenal pada waktu kecil dulu adalah Onde-Ondenya Mbah Minil. Harganya 50 perak, isi kacang tolo. Murah dan enak kalau laper doang. Saking murahnya bisa buy one get one free lho…

Onde-Onde Cemplus, aku dan adikku yang menamai begitu, onde-onde keringlah, kecil-kecil dan atos/keras. Biasanya dijual Plastikan dan sudah dikemas.

Gandos, dari ketan dan berbalur gula pasir. Ada yang putih dan ada yang item, tergantung ketannya juga. Asli buatan Mbah Minil. 50 perak juga.

Gedhang goreng. Umum banget dimana-mana ada. Paling enak gedhang kepok atau raja.

Pia-pia, alias bakwan, alias ote-ote (Surabaya), alias Heci, alias Pizza ndeso. Paling enak dimakan sama pecel. 25 perak jaman dulu bisa dapet pecel pia-pia pincuk. Lezat.

Tahu susur. Tahu dengan isi sayuran, Cuma 50 perak. 3 tahunan yang lalu masih ada yang harganya 100 perak per piece di Pasar desaku. Amit-amit, ramban (metik di kebun sendiri) kali sayurannya, jatuhnya murah cing!

Gethuk. Bukan Gethuk Trio lho, kalau itu dari Magelang. Getuk coklat yang enak banget dan getuk lindri yang warna-warni. Tergantung selera. Harga terbaru 500 perak dapat satu bungkus.

Jenang sumsum. Bubur beras putih sama gula jawa, its my favorite pouridge pas aku TK dulu.

Jenang ireng. Ini kesukaan adikku, dulu paling hobbi makan jenang ketan item.

Jenang grendul. Mungkin karena ada grendul2nya atau bulet-buletnya. Bahasa Jakartanya sih Bubur Candil (kayak namanya penyanyi yo). Pas TK hobi sekali makan Jenang ini dan sampai sekarang tetep suka.

Sawut. Adalah makanan telo diparut dikukus dan diberi gula jawa. Blenyek..blenyek enak!

Cenil. Bulat, kenyil-kenyil, warna-warni, dari ketela. Makannya pakai gula pasir dan parutan kelapa.

Klenyem. Dari namanya kelihatan ndesone poll. Ketela diparut kemudian dicampur kelapa, dibulat-bulat kasih gula merah. Gorenglah….

Klepon. Hijau, manis, ada gula jawanya. Ditaburi kelapa. Dulu ada embah-embah yang jualan lewat depan rumah. Sekarang masih hidup nggak Ya? Saking senengnya ama klepon, pas SD dulu seneng eksperimen bikin nih kue dan jadinya enak abis, this is it….

Ketan. Pernah ada cerita simbah-simbah jualan ketan di depan SD sekolah dulu, habis makan daunnya suruh mengembalikan buat yang lain. Amit-amit, jualan kok nggak modal yo Mbah.

Lopis. Nah, ini pasangannya ketan. Enak, manis, guruh, pakai gula jawa cair.

Jadah or gemblong, terbuat dari ketan, biasanya dibuat pas ada mantenan or sunantan. Umum bangetlah…paling enak pas anget dan dibakar. Paling nggak enak pas atos!

Jenang. Udah bikinnya lama, pakai ngaduk-aduknya di wajan yang supergede, makanan ini sudah umum banget pas mantenan. Terasa enak ya pas lapar. Tetep..

Kemplang. Pernah denger but kayaknya belum pernah makan (???) Ini julukannya temannya masku dulu, karena Ibunya jualan kemplang, ih jahat yoo.

Salome. Inilah makanan asli tidak sehat babar blaz. Salome (bukan satu lubang rame-rame lho) alias cilok adalah makanan yang dibuat dari tepung pati dan dibulet-bulet kayak bakso. Campurannya MSG, sedikit telor dan apalagi ya?? Dicelup ke saos botolan gandaria yang nggak jelas bahan dan sangat banyak pengawetnya. Dasar anak-anak, sudah digigit kadang dicelup lagi ke wadah saosnya. Dulu kok aku doyan yo? Saking ngefansnya, pernah aku bikin sendiri di rumah. Tahu nggak rasanya, kenyal kayak bola bekel karena kebanyakan pati kanji. Dasar koki amatiran..

Grontol. Awas jangan kepeleset nyebutnya ya.., nih makanan simple banget sebenarnya. Jagung direbus dikasih garam sama kelapa dan gula pasir. Siap disantap.

Madu mongso. Makanan khas Bu Puh Karno tetanggaku dulu. Tiap lebaran bikinnya pasti madu mongso, ssttt sampai sekarang masih lho…

Karak. Ini adalah kerupuk nasi, nasi yang diberi bleng dan kemudian digoreng jadi kerupuk. Dulu pas SD, di warungnya Bu Tum dijual dengan harga 25 dapat 2 potong plus sambel tumpang di atasnya. Enak lho…

Peyek sambel. Sama kayak karak sambel, Cuma pakai sambel kacang. Peyeknya tepung doang, nggak ada kacangnya. Maklum Bu, 25 perak thok.

Cao. Minuman yang asli nggak sehat. Soalnya buatnya di ember pakai celana (maksudnya penjualnya yang pakai celana), pakai sumba (pewarna yang susah hilang kalau kena tangan atau teres orang biasa menyebutnya) dan pakai sari manis atau natrium siklamat. Kalau misalnya aku disuruh minum sekarang dibayar seratus ribu tentu aku pikir-pikir dulu, kalau satu juta, langsung mau dech, He..he..Dulu nih minuman terasa enak banget, apalagi habis lari-larian kemudian minum caonya Yu Ni di warung belakang sekolah. Dasar anak-anak, nggak ngerti kanker. Harganya Cuma 25 perak segelas. Ssttttt, gelasnya kadang nggak dicuci lho, karena saking ramenya tuh warung. Aku saksi hidup.

Ice Juice kacang ijo dan tape. Sudah jadi rahasia umum, kalau airnya ngambil dari kamar mandi di SDku dulu. Pagi-pagi, penjualnya bawa ember ketika masih belum ada siswa, ngambil air di kamar mandi siswa yang butek dan kotor, kemudian dituang ke wadah buat jadi air putih pencampur es kacang ijo dan es tape. Hiiii….hiiii…, dasar anak-anak sudah tahu kayak gitu masih nekat aja beli, dan ngantre lagi belinya. Maklum, anak-anak desa lihat Blender udah kayak barang aneh. Harganya Cuma 50 perak, hingga aku lulus SD. Warung es depan sekolahku ini cukup lama bertahan dengan air mentahnya, sekarang udah nggak ada lagi. Syukurlah…

Tape singkong. Dijual di pasar, beli seratus dapat sak ndayak koplak. Murah, paling enak ya digoreng.

Rondo royal. Itu tadi tape yang digoreng, kok namanya rondo royal gitu ya???

Tape ketan hitam. Ini jajanan pas nikahan desa. Di Display di meja, sama dikasih sendok kecil2. Kalau pingin tinggal buka daunnya dan makanlah dengan tidak bersamaan daunnya.

Putu ayu. Kayak sejenis mie yang panjang-panjang dan diberi kelapa. Dulu aku ingat yang jualan agak nuwun sewu, budi alias budek dikit alias tuna rungu, sehingga harus teriak-teriak kalau mau manggil buat beli.

Suweg. Inilah makanan kesukaan simbah putriku. Makanan yang asli bikin kenyang karena karbohidrat doang. Nggak tahu enaknya dimana, sampai simbah-simbah jaman dulu ngefans banget. Beli 200 perak bisa dapet satu piring penuh, warnanya yang kekuningan, cukup menggoda tapi buatku nggak enak, bikin kenyang. Biasanya pas pertandingan voli antar desa, julukan buat tim yang datang dari pelosok kecamatan, anggun (anak nggunung) adalah tim dengan kebanyakan makan suweg, so bodo..he..he…dasar anak kecamatan, otaknya juga bebal aja belagu…

Gembili, lupa pernah makan apa belum ya, kayaknya sejenis umbi-umbian yang nggak ada rasanya kecuali bikin kenyang dan bikin kentut..

Entik, inilah paket makanan khas ndeso yang sering jadi bahan olok-olkan dulu. Dasar lu kebanyakan makan suweg, gembili, sama entik. Inilah ejekan untuk teman-teman yang bodonya nggak ketulungan.

Es Lilin. 50 perak, bisa beli es warna-warni hiiiii……..

Es Setrup. Aku paling seneng sama es setrup ini, karena warnanya yang ngejreng dan menggoda selera anak-anak. Sehat nomor sewidak rolas, yang penting enak dengan warna merah membabi buta. Cuma 50 perak segelas.

Es Temu lawak. Nggak jelas nih minuman. Seratus perak dalam kemasan botol-botol kecil 300 mL an, buatan Solo. Mizonenya jaman dulu kali ya. Rasanya beraneka ragam dari rasa sprite, strawberi, jeruk, jambu bahkan sampai rasa salak. Kebayang nggak minuman rasa salak. Untung nggak ada minuman rasa sawo sekaliian. Amit-amit deh. Aku yakin pengawetnya se Indonesia raya karena saking banyaknya. Kok dulu nggak ada yang ngelarang ya minum kayak begituan. Huu,…hu…., aku berjanji, anakku kelak nggak ada yang makan makanan sampah dan minuman racun kayak bapaknya dulu, titik!

Jamu “Uyuh Jaran”. Ini sih manisan, namanya aja dibikin jamu uyuh jaran (dalam bahasa Indonesia artinya Jamu kencing Kuda), namanya norak banget ya, mentang-mentang warnanya kuning kayak urin, kemudian sama penjualnya diberi nama jamu uyuh jaran. 50 perak dapat seplastik kecil.Untung namanya bukan jamu uyuh prawan.pheww..phweww….

Jamu kunir asem, ini nih minuman favoritku sampai saat ini. Segar dan ada kecut-kecutnya dikit. Memperlancar Haid katanya, untung aku nggak haid, trus untuk cowok memperlancar apa ya?

Jamu Beras Kencur, “Jamunya jeng, jamu beras kencur biar badan gemuk subur.” Enak, apalagi pas anget-anget.

Jamu Cabe Puyeng. Nih jamu terasa panas di badan, Si Niken dulu teman mainku yang mengajarkan aku untuk minum nih jamu. Ketahuan Bapak, dilarang, karena bikin badan panas. Takutnya ada campuran obat-obatnya. Nurut lah, rasanya juga pahit, nggak selera.

Rengginang. Kerupuk dari beras atau beras ketan yo? Nggak ngerti aku. Enak kalau tidak sering-sering dan kondisi perut laper. Makanan ini mood2 an juga, kadang ada yang enak banget dan kadang kebalikannya.

Semprong. Bentuknya panjang-panjang. Dari tepung kanji apo telo yo? Rasanya tidak begitu enak buatku sekali dua kali makan sudah cukup. Rasanya biasa banget.

Trowolo. Kerupuk telo berwarna warni dan biasanya pada acara sunatan atau mantenan. Ada yang coklat polos dan ada yang berwarna. Males banget makannya kalau nggak kepaksa. Enakan makan peyek. Herannya kok masih banyak dulu yang bikin nih kerupuk. Lokaaalllll bangetttttt…..

Marneng. Jagung digoreng, kriuk…kriuk..ada yang dijual plastik kecil-kecil. Atoz Bro…..

Trembesi. Item, kecil, bikin flatus. Harganya murah banget, 25 dapat seplastik kecil. Bisa satu jam makannya, karena susah dibuka. Sekarang mulai langka. Biasanya yang jual, simbah-simbah tua duduk si tikar sambil bawa lampu teplok. Kasian ya Simbahnya. Kalao Makan bikin rahang pegel lho…

Kwaci. Isi semangka atau biji bunga matahari, sering diplesetkan kwaciaannnnn dech lu…., murah meriah. Kwaci bunga matahari hanya 50 perak, di warungnya Bu Ndari.

Kembang Goyang. Nih makanan tradisional tapi bikinnya gak susah, karena pakai dicetak—cetak segala. Rasanya sih lumayan enak dan makannya harus bener2 pas lapar, biar bisa menghayati.

Iwel-iwel. Dibungkus daun pisang, komposisine nggak tahu. Isinya ada kelapa, gula merah, kayake tepung beras opo yo?

Utri, nih makanan enak, murah dan bikin kenyang. Dari ketela kayaknya diibungkus daun pisang dan apalagi ya bahannya? Lupa?

Wajik. Dari ketan yang rasanya manis. Umumnya warnanya merah karena gula jawa, hijau, dan yang bikin males makannya kalo dikasih warna pink, valentine kali ya????

Gatot, nih makanan namanya kayak temen ngajiku dulu. Tega nih Ibunya ngasih nama anaknya persis nama makanan dari ketela. Mbok ya ngasih nama yang keren sekalian seperti Black Forest, Clappertart, brownies biar kebarat-baratan gitu. Untung Cuma gatot, kalau dikasih nama getuk gimana coba, apalagi dikasih nama suweg. Kasihan anaknya pas gede nanti, cakep-cakep namanya “ Mr. Suweg Samiwareg Saputro”, duh kalau aku yang punya nama udah tak ganti di depan notaris! Tak bikin selametan bubur merah dan bubur putih langsung!

Apem, Simbah putriku hobi banget nih bikin kue apem. Kalau nggak pinter bikinya tentu gosong bawahnya. Rasanya biasa banget kalao nggak ada campurannya. Kalu mau modal dikit suruh orang bikinin dikasih nangka dikit, santannya dibanyakin, rasanya hampir kayak serabi. Semuanya tergantung modal Bro!

Cipiran. Bahannya dari tepung, telur, mentega dll. Digoreng dan disajikan pas acara sunantan adikku dulu. Bentunya panjang-panjang bergerigi dan rasanya gurih-gurih eneg kalo kebanyakan. So jangan banyak-banyak, kalorinya lumayan lho!

Karuk. Ini nasi yang dikeringkan, kemudian dijemur dan digoreng. Dicampur gula jawa biar manis. But, aku nggak suka nih makanan. Bikin kenyang rasanya nggak seberapa. Di jual 25 perak di warung belakang sekolah.

Tiwul, adalah makanan dari gaplek. Representasi dari makanan orang nggak punya. Sebenarnya enak nih makanan, apalagi dicampur sama getuk coklat, hmmmmm...

Gendar. Nasi, dikasih obat bleng, diperam semalam dan besoknya udah jadi kayak kue. Tinggal dipotong-potong, makannya sama pecel jadilah gendar pecel. Kalau makannya sama kinco maka jadilah gendar kinco. (Aku makan makanan ini pas di Semarang), 500 perak awal tahun 2000an.

Jemblem, dari namanya udah nggak keren. Sejenis gethuk kalo nggak salah. Kalau salah mohon dimaafkan.

Gembuk. Dari ampas tahu, babar blaz nggak ada gizinya. Murah mbakyu, 25 perak dulu pas aku SD. Aku kurang suka sama gembuk, ora enak. Membuat kenyang.

Sambel tumpang. Aku seneng banget sama sambel tumpang sejak SMA, dulu Mbak Iin pemilik kost memberi tahu bahwa untuk makan sambel tumpang yang enak, biarkan sambel tumpang sama nasi panas hingga menggumpal terlebih dahulu, so ambil nasi panas beri sambel tumpang, bungkus dan diamkan 3-4 jam. Lalu makanlah, lebih enak pren. Tahu nggak, ternyata makanan ini hanya popular di daerah Solo, Sragen, Ngawi, Madiun ke Timur sampai Suroboyo. Pas kuliah dulu, pada waktu profesi di Jepara, aku pernah masak sambel Tumpang di Posko. Anak-anak pada jijik dan heran kali ya. Kok ada tempe busuk dimasak dibikin sambel. Anak-anak daerah semarang, Jogja ke barat, pantura, nggak familiar dengan nih masakan. Aduh kasian banget ya, lha wong rasanya ueeennaaakkkk poll. Aroma tempe busuknya menambah selera. Pernah saking jijiknya, sambel tumpangku dibuang sama temanku satu posko. Duh nasib. Selera eksotik pada nggak ada yang tahu.

Sego Gogik. Mbahku dulu yang pernah makan. Kayaknya nih nasi sudah punah ya. Kayak harimau jawa saja sudah punah.

Doreaki. Apa nama aslinya nggak paham, aku sama adikku selalu menyebut roti sejenis bolu yang bentuknya temben dengan sebuatan doreaki. Terinspirasi dari doraemon tentunya. Ntarlah, kalau pulang ke Jawa aku cari tahu.

Putu. Makanan dari tepung beras, kelapa, dan gula jawa ini enak kalau lagi anget. Dikukus di dalam bamboo dan diuap. Sekarang masih banyak dijual dijalan-jalan.

Es Potong. Sepotong harganya 25 perak, susahnya kalau dapat potongan di tengah, soale nggak ada pegangan plastiknya. Biar ada pegangnnya, maka beli 50 perak. Separo, ada pegangannya dan nggak takut jatuh itu es. Pas TK, aku masih ingat bahwa temanku dulu ada yang menanyakan ke penjual es potong. Mbah, niki banyu mateng to Mbah?(maksudnya esnya air matang atau air mentah). Nggak mungkinkah penjual mau jawab “iyo le iki banyu mentah” (Iya Nak, ini air mentah). Pertanyaan aneh, maklum anak TK, yang tak herankan sih Bapak Ibunya. Kok nggak bisa ngajarin anaknya supaya pinter memfilter sesuatu, ceillee, anak TK disuruh memfilter. Aku ngomong kayak gini karena aku sudah sarjana lho he..he…he…

Es Tong-Tong. Karena penjualnya memakai kenongan yang bunyinya tong..tong…gitu, so namanya es tong-tong. Coba kalau penjualnya bawa bedug, mungkin namanya bukan es tong-tong tapi es dug dug kali ya. Takutnya penjualnya bawa simbal, bisa jadi es blezz…..blez…….blez…….apalagi kalao bawa kentongan, jadinya es tretok..tok…tok……tok……

Brondong. Makanan yang super nggak enak, karena nggak ada rasanya. Di pasar malem biasanya dijual dan dibentuk menjadi sepeda, boneka dll. Bentuknya sih unik, rasanya nggak jamin deh. Lebih enak popcorn jauh (ya iyalahhhhhhhhh).

Nogosari. Ini makanan yang umum kalau ada snack pas ada acara syukuran RT, arisan, Perpisahan, Kenduri, Ulang Tahun dll. Tepung isinya pisang dibungkus daun pisang. Gurih, but bikin kenyang.

Bolu kukus. Aku pernah protes sama Ibu, dimana ibu pada waktu itu lagi gemar-gemarnya belajar bikin kue. Kebangetannya kok yang dibikin itu Bolu kukus sama pukis terus. Sampai bosen dan sampai sekarangpun nggak doyan. Gimana nggak bosen, ada acara arisan bikin bolu kukus, ada tetangga yang nikah, bikin bolu kukus, ada acara keluarga ngumpul bikin bolu kukus lagi. Waduh rek, mending kalau bolu kukus itu enak. Udah bikin kenyang, seringnya helm-an karena tidak mau ngembang. Jadi plontos kayak apem. Duh, kalau udah helm-an gitu berarti produk gagal. Siap-siap disortir dan dibuang kedalam perut. Perutku, no way!!!

Pukis. Nih sama karekteristiknya dengan bolu kukus. Bahannya hampir sama. Kalau pukis masih mending enak, apalgi kalau telur sama menteganya banyak. Apalagi pas hangat. Sempet kuprotes juga karena bosen dengan si pukis ini.

Lumpia, Ini adalah salah satu makanan favoritku sampai saat ini. Walaupun setiap ada acara keluarga Ibuku selalu membuatnya untuk hidangan, aku tidak pernah bosan sampai detik ini. Lumpia masuk dalam kategori gorengan dan isinya adalah rebung yang diiris kecil, telor dan sayuran dan ayam. Rasanya yang gurih, asin membuat aku selalu ketagihan. Lumpia buatan ibuku lebih enak dari lonpia semarang sekalipun. Sayang tidak dikomersilkan.

Cantik Manis, Makanan ini juga sering nongol di hajatan keluarga, arisan dan acara-acara lainnya di lingkunganku. Terbuat dari tepung sagu mutiara dan dalamnya berisi pisang. Persis kayak nagasari cuma pakai tepung sagu mutiara saja.

Mendut. Ibu hobi sekali dalam membuat kue ini. Rasanya yang manis dan lengket sangat nikmat apabila dimakan dengan minum teh panas. Isinya enten-enten atau adonan parutan kelapa yang dicampur gula dan dimasak. Kulitnya terbuat dari adonan beras ketan dan santan. Kemudian dibungkus sama daun pisang dan dikukus, ready to serve.

Kik. He..he.., namanya sebenarnya cake! Tapi namanya anak kampung, pas praktek keterampilan masak, menyebutnya kue kik, bukan cake! Aku kenal kue ini ketika kelompok masakku berdebat tentang makanan apa yang akan dibuat pas ujian praktek (EBTA Praktek SD) nanti. Aku bersikukuh mau membuat klepon, but ditolak sama teman2 lainnya. Kemudian usulku berpindah ke lompia (my favorite too), but ternyata ditolak karena butuh 2 kompor (males bawanya!). Temanku juga bersikukuh hendak membuat kue Kik katanya? Kik?? Wonder juga nih. Kayak apa nih kue. Kata temenku yang juga anak guru SD tersebut kue ini enak dan bikinnya nggak terlalu susah, apalagi si Ibu anak tersebut akan membantu membuatnya as a consultan gitu loh. Ya udah lah, buat Kik (walaupun aku nggak begitu suka Roti). Ternyata bikinnya pakai oven juga, untung kelompok lain ada yang bawa oven, sehingga bisa share. Sempet numplek di oven nih kue, gagal gara-gara ovennya dipindah-pindah. Nasib, akhirnya bikin lagi. Pas penyajian memang agak kehitaman, gosong-gosong pahit dengan sukade (butiran dari pepaya yang diawetka) berwarna-warni. Lumayanlah, bikin kue kik kreasi anak-anak SD kampung. Ini masih lumayan dibanding kelompok lain yang coba bikin kue tart yang nggak jadi, soalnya butter creamnya nggak bisa pas, maklum amatiran. Lebih-lebih lagi, kuenya nggak bisa ditumplek, lengket cing. Namanya saja keren, kue kasih sayang. Malah jadinya kue kasihaannnnn deh Lu! Dalam hati meledek, jahat ya..masalahnya temanku itu otodidak dari resep di majalah. Udah anak SD, amatir, lihat resep lagi. Duh. Ada kisah kelompok lain yang didominasi cowok. Kebayang nggak, udah anak SD, amatir, kelompoknya cowok semua Cuma ada 1 cewek dan itu pendiam banget, kalau nggak dicolek nggak bakal ngomong. Akhirnya dengan berbekal buku resep masakan mereka mencoba kreasi makanan baru dari buku resep. Sim salabim, bagus cing hasilnya. Nggak tahu pasti nama kuenya, komposisinya dari buah sirsat juga kayaknya. Penampakannya warna hijau segar dan bagus pas dicetak seperti kue tart. Selidik punya selidik, rasanya…hoeeekkkkk pahit banget…nah lo, penampilan menipu. Dasar anak SD jadinya langsung meledek. “Kok pahit gini ya”, kataku sambil senyum-senyum penuh arti. “Biarin, yang penting yang dibawa ke kantor guru bukan ini, tapi timpan” (makanan khas aceh, maklum ketua kelompoknya keturunan aceh). Untung dia masih baik, bukan kue pahit tersebut yang diserve ke kantor guru. Tapi timpannya. Sampai saat ini aku masih penasaran dengan nih makanan, dari apa terbuatnya dan bagaimana rasanya?

Bersambung.................

1 komentar:

pak muliadi mengatakan...

KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.

KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.


KAMI SEKELUARGA MENGUCAPKAN BANYAK TERIMA KASIH ATAS BANTUANNYA MBAH , NOMOR YANG MBAH BERIKAN/ 4D SGP& HK SAYA DAPAT (350) JUTA ALHAMDULILLAH TEMBUS, SELURUH HUTANG2 SAYA SUDAH SAYA LUNAS DAN KAMI BISAH USAHA LAGI. JIKA ANDA INGIN SEPERTI SAYA HUB MBAH_PURO _085_342_734_904_ terima kasih.