Rabu, 08 September 2010

Tiada alasan untuk arogan



Memang setiap orang diciptakan Tuhan dengan potensi-potensi yang berbeda, setiap manusia adalah unik dengan segala tipe kepribadian dan segala keinginan serta potensi masing-masing. Tuhan Maha Adil, setiap jiwa yang terlahir membawa potensinya tersendiri, membawa takdir dan masa depannya sendiri-sendiri. Setiap orang punya masa depan yang sudah tertulis. Membawa nasib yang membawanya kepada kemuliaan atau kehancuran hidup.
Membaca artikel tentang alam semesta (sebuah artikel motivasi dari email) membuat aku benar-benar tersadar, memang tidak ada yang pantas dibanggakan dan tiada ada yang pantas seorangpun untuk menjadi arogan. Apa yang pantas membuat kita menepuk dada? Apakah keberhasilan kita mencapai target, atau berhasil menjadi the best employee or jadi pemenang dalam wawancara kerja. Atau mungkin kita layak sombong karena berhasil menjadi pembicara? Atau kita memang layak sombong karena kita mendapat karier lebih cepat dibanding teman yang lain, atau segudang prestasi yang membuat kita menonjol?
Seseorang menepuk dada sah-sah saja, karena memang prestasinya segudang. But, layakkah kita kemudian merendahkan orang lain? No way! Memang bukan sepantasnya kita arogan, kita hanya makhluk lemah kecil tak berdaya yang numpang di atas bumi Allah yang super dahsyat besarnya. Memang kita dibandingkan alam semesta raya sejagat dunia akhirat is nothing! Layakkah kita menjadi arogan dengan sedikit ilmu yang notabene mensintesa dari ilmu orang lain, yang notabene kita sekedar tahu dan sekedar belajar lalu menghapal. Just it, no more!
Kita kadang nggaya karena bisa punya Hape Backberry terbaru, bisa mengoperasikan dengan merem. But, Cuma pakai doang Bro! Nggak bisa create sendiri. Tinggal beli doang, beres. Bisa punya laptop dan mengoperasikan system yang canggih, but lagi-lagi Cuma makai doang bisanya, kalau error dikit langsung bingung panggil ET. Duh, cumi (Cuma mijit-mijit keybord doang), yang lain nggak bisa cing. Bangga jadi pimpinan, menepuk dada karena berprestasi? Trus merasa berhak menghakimi yang lain karena tidak secerdas dia. Pantaskah, apa yang pantas dibanggakan karena saat ini pun Tuhan mampu mengambil kecerdasan kita selamanya. Naudzubillah.
Aku memang bukan apa-apa, belum ada karya yang bisa aku persembahkan buat manusia. Sehingga tak berhak aku sombong dan takabur. Aku jadi malu sendiri ketika kadang aku merasa lebih baik dari temanku sekerja, merasa lebih baik dari teman kecilku dulu, merasa lebih mulia dibandingkan profesi yang lain. Semoga Tuhan mengambil rasa angkuhku dan sadarkan aku akan kesombonganku yang akan mencelakanku lambat laun.
Tidak ada yang berhak sombong selagi kita kemana-mana masih membawa kotoran. Secantik dan setampan apaun dia ternyata kemana-mana masih mengantongi kotoran di perutnya, sekalipun miss universe pun. Cantik, tampan, cerdas, kaya, mulia, adalah semua titipan. Ingatlah akan kemegahan jagat raya, yang sedebupun kita nggak nyampai besarnya apabila kita dibuat dalam skala, tidak layak untukku menepuk dada. Jadikan aku pribadi yang selalu merasa haus akan ilmuMu ya Allah, tuntunlah aku dalam kebahagian menjadi orang yang rendah hati, tawadhu dan selalu ingat bahwa aku akan mati.

Tidak ada komentar: