Selasa, 12 Januari 2010

Menunda Kepuasan


Banyak orang berlomba untuk mencabai yang tertinggi. Berbagai upaya dilakukan orang untuk mencapai yang tertinggi, mencapai kesuksesan yang akan membawa kepada kebahagiaan, kepada kejayaan dunia dan akhirat.
Sukses adalah harapan semua orang. Menjadi sukses adalah mimpi orang-orang ketika masih kecil, ketika belajar mengenai kehidupan. Sukses tidaklah semudah membalikkan telapak tangan, karena sukses perlu kerja keras dan pengorbanan.
Menunda kepuasan adalah salah satu kunci orang untuk sukses. Salah satu rahasia sukses para pengusaha adalah mereka berani untuk menunda kepuasan. Memang benar, selama ini ketika aku mengamati fenomena-fenomena kecil disekitarku tentang menunda kepuasan, maka aku semakin tahu bahwa salah satu hal yang berkaitan erat dengan itu adalah masalah gaya hidup. Menunda kepuasan akan sangat sulit dilakukan oleh orang yang mempunyai prinsip hidup,” hidupku adalah untuk hari ini.” Hidup ini untuk dinikmati. Seseorang yang berprinsip, nikmatilah hidup semaumu dan biarkan hidup mengalir maka kemungkinan orang itu akan sukses tapi tidak sesukses orang yang memiliki planning yang bagus untuk masa depan. Selain itu ada faktor lucky yang unpredictable, yang bisa membolak-balikkan rencana seseorang.
Seorang temanku berprinsip, tidak apa nggak punya harta, asalkan aku dan anak-anakku kelak bisa makan enak. Sebagian orang mengganggap, bahwa bisa makan enak adalah salah satu awal dari sukses. Hal itu tidak sebenarnya salah, karena makan enak dan lebih-lebih yang berkualitas sebagai salah satu upaya ikhtiar untuk mencetak keturunan yang berkualitas. Tapi kita perlu melihat bahwa keseimbangan hidup musti ada. Hidup ini memang bukan hanya untuk makan enak, atau sebaliknya hidup untuk makan saja amit-amait pelitnya, benar-benar kayak orang susah abis.
Ada yang bertanya, apa perbedaan orang jawa dan orang cina ketika berdagang? Salah satu perbedaannya kalau orang jawa dapat untung 10 juta sudah bingung bagaimana cara membelanjakan uang tersebut, tapi orang cina ketika mendapat untung 10 juta masih mau makan sama kecap. he..he..he.., aku yang orang jawa jadi malu..soale kalau makan sama kecap aja, seumur-umur aku belum pernah. Jangan kayak orang susah gitu dech!
Itu hanya perumpamaan saja sich, bukan untuk sebuah generalisasi. Tetapi ketika aku mengamati selama perjalanan hidupku ini, memang ada benarnya. Orang jawa paling susah untuk menunda kepuasan, keburu mati soale (akupun juga begitu...). Makanya kebanyakan orang jawa lebih suka jadi pegawai, lebih-lebih lagi menjadi PNS or pegawai negeri santai...kerja nggak kerja tapi dibayar. Ngapain repot-repot dan risikonyatentu saja lebih kecil, jauh dari yang namanya SP atau bikin kronologis kejadian/ incident report ketika membuat kesalahan. Lebih lebih lagi, masih ada excuse kalau telat, coba kalau di swasta telat boleh asalkan gaji nggak naik, ampun dech.
Tidak sepenuhnya salah orang pingin jadi PNS, soalnya banyak waktu PNS untuk nyambi berwiraswasta, asalkan tidak mengganggu kinerja sebagai abdi negara aku akan angkat jempol buat mereka. Two Tumbs!
Intinya, belajar menunda kepuasan adalah hal positif, karena kita tidak tahu apa yang akan terjadi esok atau lusa. Semuanya mesti ada perhitungannya. Hidup memang misteri, takkan pernah kita tahu apa yang terjadi esok hari.

Tidak ada komentar: